Politik, Bulawanews.com – Elektabilitas Tinggi Jokowi terus naik demikian disampaikan oleh salah seorang peneliti Saiful Mujani Research Centre (SMRC) Sirojudin Abbas mengatakan Presiden Joko Widodo (Jokowi) sebaiknya mengambil calon wakil presiden dari kalangan non-partai.
Menurutnya jika Jokowi mengambil cawapres dari kalangan partai hal itu akan menciptakan kecemburuan di antara partai-partai pendukung lainnya.
“Saya kira parpol akan lebih terbuka dengan opsi cawapres di luar parpol jika waktu deklarasinya pas,” kata Sirojudin seperti yang dilansir dari Tirto.co.id , Senin (23/4/2018).
Waktu yang tepat untuk Jokowi mengumumkan cawapres adalah bulan Juli sebulan sebelum masa pendaftaran capres cawapres dimulai Agustus. Sebab dengan begitu Jokowi bisa memberi waktu bagi para cawapres untuk menaikkan elektabilitas. Di sisi lain jeda waktu yang tersisa menuju Juli juga bisa dimanfaatkan Jokowi menaikkan elektabilitas dari kader partai yang berlomba ingin menjadi cawapres mantan walikota Solo itu
Elektabilitas Jokowi terakhir yang menurut survei Litbang Kompas berada di angka 55,9 persen juga menjadi modal penting. Sirojudin mengatakan dengan elektabilitas setinggi itu Jokowi tidak perlu terbebani dengan isu cawapres yang digulirkan partai-partai pendukungnya.”Ketimbang elektabilitas SBY sebelum Pilpres 2009, [elektabilitas] Jokowi lebih tinggi ya,” kata Sirojudin.
Survei SMRC pada 2007 menempatkan elektabilitas SBY sebesar 27,7%. Lembaga Survei Nasional pada Desember 2008 menyatakan elektabilitas SBY tertinggi di angka 32,3%. Meskipun begitu, SBY akhirnya kembali memenangi Pilpres 2009 dengan 60% suara.
Soal kriteria, Sirojudin memandang Jokowi sebaiknya mengambil cawapres non-partai dari tokoh senior yang memiliki koneksi dengan parpol tapi tidak terlalu dekat. Dengan kriteria demikian, parpol tidak akan merasa sosok tersebut benar-benar asing dan tidak pula khawatir akan direkrut parpol tertentu.
Selain itu, menurutnya, sosok tersebut harus mampu meneruskan program-program infrastruktur Jokowi. “Harus mampu menjaga stabilitas politik, sosial, ekonomi, dan keamanan. Itu penting,” kata Sirojudin.
Hal senada juga disampaikan Direktur LSI Denny JA, Rully Akbar. Menurutnya, Jokowi harus memilih cawapres yang bisa meneruskan program-program perekonomiannya. “Kalau bisa juga memperkuat program itu agar tidak menjadi kritik seperti sekarang,” kata Rully
Akan tetapi, menurut Rully, sebaiknya Jokowi tidak terburu-buru menentukan cawapres dan menunggu sampai jelas sosok lawannya nanti. Pasalnya, faktor lawan juga sangat menentukan sosok cawapres yang dibutuhkan petahana. “Kalau lawannya Prabowo ya bisa jadi mudah dipilih cawapresnya, tapi kalau sosok lain maka butuh strategi ulang,”kata,Rully.
Sampai saat ini memang belum jelas sosok penantang Jokowi. Prabowo Subianto memang telah menerima mandat dari Gerindra sebagai capres, tapi belakangan parpol potensial koalisinya—seperti PKS—mulai meragukan penerimaan mandat itu dan menilai sang mantan Danjen Kopassus akan memberikan tiket capres kepada Gatot Nurmantyo. (**)