Kotamobagu, Bulawanews.com – Kotak Kabela bagian luarnya di hiasi dengan manik-manik yang membentuk gambar tertentu (symbol) yang merupakan bagian yang tak terpisahkan dari budaya Bolaang Mongondow, Dan biasa disebut boyo-boyo yang artinya tempat siri pinang ini,
Berdasarkan informasi Dinas Kebudayaan Dan Pariwisata Kotamobagu ternyata ada kotak Kabela yang tertua di kota Kotamobagu yang tersimpan rapih oleh Budayawan sekaligus peneliti sejarah Bolaang Mongondow Chairun Mokoginta (64) warga kelurahan Genggulang Kecamatan Kotamobagu Utara
Di temui dirumahnya Pria mantan pegawai Bank pemerintah ini, menuturkan kota Kabela miliknya yang dijaga secara turun-temurun dari neneng moyangnya sejak Tahun 1865
“Kotak ini merupakan amanat dari nenek kepada saya untuk menjaga kota Kabela ini, yang merupakan tidak ada harta lain yang diberikan kepada nenek selain kotak Kabela ini,” katanya
Adapun motif yang terlihat di kotak Kabela yang didominasi tiga warna ini, terdapat motif tumbuhan merayap yang dalam bahasa Mongondow di sebut Pata’ Lumandai yang menggambarkan tumbuhan yang merayap
“Warna putih menggambarkan kehidupan, warna merah menggambarkan manusia serta warna hitam alam gaib (kematian). Dengan pengertiannya mansusia hidup di alam dan akan beralhir pada kematian,”ungkapnya
Kemudian, Ia menceritakan bagaimana kota Kabela miliknya itu merupakan yang tertua di daerah ini, “Waktu nenek saya meninggal di Tahun 1965 dengan usia 100 Tahun, Dan saya sudah berjalan meneliti ke seluruh pelosok daerah Bolaang Mongondow Raya ini, memang tidak ditemui umur lebi tua dari kotak Kabela ini,” tegasnya
Bahkan, Mokoginta menceritakan waktu pergolakkan Permesta di Sulawesi Utara “Saya harus bersusah payah melindungi kotak Kabela ini dengan memikul mengikuti orang tua kemana mereka berjalan”, kenang Mokoginta
Terpisah Kepala Dinas Pariwisata Dan Kebudayaan Kotamobagu, Agung Adati mengatakan kotak Kabela milik dari Chairun Mokoginta, dipastikan yang paling tua
“Sebagai seorang budayawan Bolaang Mongondow Raya, Beliau tahu persis perjalanan sejarahnya,” tutup Adati (David)