KOTAMOBAGU, BULAWANEWS.COM – Banyaknya unggas yang mati mendadak di Kabupaten Bolaang Mongondow Timur (Boltim), Rabu 28 November kemarin menjadi warning bagi daerah sekitarnya termasuk Kotamobagu. Pasalnya, Kotamobagu merupakan salah satu pusat kota dimana banyaknya unggas dari daerah tetangga masuk di perjual belikan di pasar-pasar yang ada di Kotamobagu. Sekaligus daerah yang paling dekat dengan Kabupaten Boltim.
Kepala Seksi Kesehatan Masyarakat Feteriner Sri Angraini mengimbau kepada seluruh masyarakat Kotamobagu, agar tidak membawa unggas yang berasal dari Boltim, apalagi langsung dari wilayah yang terjadi kematian puluhan unggas secara mendadak.
“Kami himbau juga masyarakat agar tidak mengambil unggas dari Boltim, kalaupun terpaksa bisa tapi jangan sampai digabungkan dengan unggas yang lain,” imbau Sri, Jumat (30/11/2018) kemarin.
Meski sudah ada kejadian puluhan unggas mati mendadak di Boltim. Namun, sampai saat ini pihaknya belum menerima adanya surat pemberitahuan dari pemerintah Provinsi (Pemprov) terkait kasus yang sedang top di Boltim tersebut. “Walaupun sudah ada kasus unggas mati mendadak, itu belum tentu diduga flu burung. Kecuali sudah ada hasil dari laboratorium yang menyatakan unggas itu memang mati karena virus tersebut. Atau yang minimal sudah ada hasil dari rapid tes untuk mendeteksi dini kasus tersebut,” terangnya.
Ia mengungkapkan, untuk wilayah Kotamobagu saat ini belum ada informasi mengenai kasus unggas mati mendadak. Tapi tidak menutup kemungkinan, karena Kotamobagu sendiri pernah ada kejadian banyaknya unggas mati disebabkan oleh virus flu burung.
“Kita di Kotamobagu ini juga sudah pernah ada kejadian flu burung. Virusnya memang sudah ada di Kotamobagu. Cuma memang saat ini belum muncul. Bisa saja suatu saat virus ini muncul. Kita ini bukan lagi daerah bebas flu burung. Karena kita pernah terjangkit virus flu burung. Virus ini bisa ada di tanah, bisa juga ketika lingkungan memungkinkan virus ini bisa muncul lagi.
Kita bisa antisipasi itu dengan cara kebersihan kandang itu harus tetap terjaga lakukan desinfektan secara berkala untuk membasmi kuman-kuman yang bisa membawa virus tersebut. Biasanya kalau sudah ada kejadian seperti itu di daerah tetangga, kita akan turun ke daerah perbatasan untuk mengimbau kepada masyarakat sekitar,” bebernya.
Ia menambahkan, wilayah Kotamobagu sendiri sampai saat ini baru Tiga kali adanya kejadian unggas mati mendadak akibat virus flu burung. “Kasus flu burung di Kotamobagu. Tahun 2012 itu kejadiannya di pasar serasi, 2014 sampana kelurahan Kotamobagu, 2016 desa Kopandakan 1, kelurahan Mogolaing dan Mongkonai Barat,” pungkasnya. (*)